Journey of Love

Melupakanmu

Sabtu, Januari 12, 2019



Sebut saja aku pecundang dan kamu pemenang. Melupakanmu ternyata bukan hal yang gampang. Waktu yang sudah kulewati ternayata sudah tak terbilang. Mengikhlaskanmu masih belum kutemukan jalan terang. Pergi darimu, belum juga kutemui arah pulang.

Beratus hari sudah aku lalui tanpa kamu disisi. Merindukanmu masih menjadi kesukaanku hari ke hari. Aku ingin mendekapmu, tapi hanya bisa kulakukan dalam mimpi. Inginkan nyata, tapi kamu tak kunjung memberi. Jusrtu padanya kamu berikan sepenuh hati.

Tuan, melewatkanmu sesulit ini. Apakah kamu tahu? Terlebih dia yang kamu pilih mendapingimu. Banyak tanya bergelayut mesra; apa dia membahagiakanmu jauh lebih banyak dariku? Apa dia memberi cintanya sepenuh aku? Apa kasihnya setulus aku? Ah, entah aku hanya iri, tapi merelakanmu aku masih tak mampu, sekaligus tak mau.

Pernah kucoba membuang semua kenangan akanmu. Namun sia-sia, selalu saja terhenti dibatas senyumanmu. Sesuatu direlung hatiku bersikukuh merindukanmu. Pernah pula ku menunggu hingga waktu memakan akal sehatku. Sampai-sampai disegala ruas otak rasanya isisnya hanya  namamu. Sesuatu didalam ingatanku  telah mematrikan segalamu, agar tak lekang oleh waktu, meski ragamu sudah jauh berlalu.

Tuan, ada yang selama ini tidak kamu tahu; aku mencintaimu jauh lebih dalam dari yang kamu tahu. Bertahun-tahun sudah, harusnya aku telah jauh melewatkanmu. Merelakan bahagiamu, walau sumbernya bukan lagi aku. Mengikhlaskan langkahmu, meski yang menemani bukan lagi aku. Seharusnya kini isi kepalaku  tidak lagi dipenuhi olehmu. Entah, terkadang aku tak mengerti, seolah pikunku tidak berfungsi sama sekali padamu.

Sering kali aku berfikir, bukankah ini tak adil? Aku meregang rindu merajut pilu. Sedang kamu jauh melaju, mendapatkan bahagia baru. Aku mengingatmu selalu, mengenangmu setiap waktu. Sementara kamu tak pernah melihatku, bahkan sebatas berharap terbesit olehmu sedetik rupanya saja aku ragu.

Acap kali aku bertanya, apakah aku dilahirkan untuk menjadi sesial ini? Semua terasa tidak berjalan baik-baik saja. Bahkan usaha melupakanmu sekalipun. Aku selalu berharap diberikan kemampuan menyamai deru langkahmu, bukan bertujuan mengejarmu. Hanya saja aku ingin cepat meninggalkanmu. Ah, tetapi bagaimana bisa, jika dalam aku masih saja berisi segalamu, sedang dalam kamu sudah lama meniadakanmu.

You Might Also Like

0 komentar