Kali ini, izinkan aku menulis tentang mu (sekali) lagi. Sebelum ingatanku benar-benar memudar. Perasaan ini akan selalu sama, manusialah yang berubah.
Bahkan setelah 3 tahun pun aku masih mampu merasakan kenangan itu disini. Rasa bahagia itu, sedih itu. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, hitam, dan putih. Pelangi dihatiku.
Sekeras-kerasnya diriku, sadarlah jika aku pernah menjadi selembut salju, pernah menjadi sesegar embun di pagi hari. (aku), seorang perempuan kadangkala diuji dengan sehebat-hebatnya ujian. Fisiknya mungkin lemah tapi tidak dengan perasaannya. Tempat ini, tempat dimana semua perasaan kita pernah melebur menjadi satu. Sakit, marah, kecewa, bahkan cacian ataupun makian pernah kita lontarkan.
.
Tempat ini, tempat dimana mayat-mayat hidup bergelimpangan. Kau sebetulnya jengah, bahkan muak. Namun kau memilih untuk tetap tersenyum meski perasaanmu tercabik-cabik dengan begitu sangat.
Katamu kala itu
setiap ujian yang menyapa adalah hadiah dari-Nya.
Beruntunglah. Bersyukurlah.
Dari jutaan, engkau pilihan-Nya.
kau milik-Nya.
aku milik-Nya.
kita milik Dia.
Dulu, kini dan selamanya.
Maka Dia berhak menentukan yang terbaik buat kita. Tak ada takdir yang salah. Yang ada adalah pengharapan yang salah.
Jangan pernah membandingkan impianmu dengan impian manusia.
kau pernah berjanji kepadaku, bahwa kau akan mengusahakan kebahagianmu, mimpimu, dan hidupmu. aku paham dan kita sepakat.
Sakit itu, kecewa itu, dan tangisan itu. Masih teringat dengan jelas. Betapa aku dulu pernah jatuh seketika mengingatmu. Menangis sampai terisak-isak. Mengejar hingga kakiku sakit. Dan memukul-mukul dada hingga perih di ulu hati.
Seketika itu kita tersadar.
Sekeras apapun kita berjuang. Jika Dia tak ridha dengan semua ini, maka tak akan pernah tertunaikan.
Tak mudah. Siapa kata mudah?
Tapi inilah kasih sayang-Nya. Kau mengatakan kepadaku untuk mengikhlaskan kepergianmu. Aku ikhlas. Kau mengatakan kepadaku untuk berdamai dengan masa lalu. Aku telah berdamai.
Kini, perayaan itu mendewasakan kita, bahwa ada perkara yang memang sudah tertulis maka terjadi.
Dan kini ku temukan diri kita kuyup oleh airmata. kau menangis, akupun menangis. Dan itu–aku.
Senja kala
》Ikov_Bia《
0 komentar