Dik, tetaplah
menjadi perempuan yang paling menyebalkan. Yang selalu berlagak kuat meski
kutahu air mata tengah kau sembunyikan, yang selalu ingin tampak baik-baik saja
meski hatimu tengah hancur berantakan. Aku tahu kau kuat, namun kau juga pasti
tahu bahwa aku selalu siap menguatkanmu saat kau tercekat.
Berjanjilah untuk
selalu menjadi yang tak kenal lelah saat bercerita.
Yang seringkali tak memberi jeda dalam tiap kata. Yang suka semaunya berbuat
ketika bahagiamu tiba. Meskipun mereka bilang kau penuh ego tak memberiku
ruang, namun kau selalu tahu bahwa memang aku yang ingin tenggelam.
Lihatlah, entah
keberuntungan apa yang semesta berikan, hingga aku yang kau pilih dari sekian
banyak untukmu pilihan.
Dik,
sering-seringlah merangkai senyum. Meski terkadang aku harus berkacak pinggang
penuh amarah, karena banyak sekali yang jatuh padamu kala senyummu merekah.
Namun apa dikata, entah rumus apa yang kau pakai hingga garis senyummu begitu
mempesona.
Berhentilah, tolong
jangan menangis lagi. Aku benci ketika sembab bergelayut di matamu, karena
seharusnya di sana hanya boleh ditopang oleh rinduku. Sini, kemarilah, pundakku
adalah takdirmu untuk merebah. Dadaku adalah pulangmu berkeluh kesah. Pelukku
adalah rumahmu saat semesta membuatmu gelisah.
Dik, tak perlu kau
lawan dunia, biar aku saja. Cukup pastikan bahwa hanya aku yang terluka, bukan
kamu. Aku selalu rela semesta membuatku berantakan, karena aku tahu kau selalu
ada untuk menyembuhkan.
Tenanglah sekarang.
Karena ada lelaki yang akan melindungimu dengan juangnya, yang tak alpa meminta
pada Tuhan untuk menjagamu dengan sebaik-baik penjagaanNya. Terima kasih telah
memilihku. Terima kasih, karena lelaki itu adalah aku.
Pesan untuk adikku.
Tulisan Ikov Zuhri
0 komentar