” Menginginkan punya
teman yang sempurna tanpa cacat ibaratnya seperti pungguk merindukan bulan,
impossible kata orang Jawa yang lagi bicara Bahasa Inggris...”
Karena siapa saja
yang menjadi temanmu selamanya tetap berjenis manusia. Ia bukan malaikat yang
taat pada Allooh setiap saat. Hanya malaikat saja yang laa ya’sunna ma amarallooh wa yaf’aluna ma yu’marun. Tidak pernah membangkang dari perintah
Allooh Ta’ala dan selalu taat menjalankan apa yang diperintahkan padanya.
Temanmu juga bukan seorang Nabi yang mempunyai sifat ma’shum terjaga
dari kesalahan, ketika salah langsung ditegur oleh Allooh. Sehingga bisa
langgsung memperbaiki diri.
Yach, temanmu cuma
manusia biasa yang kadang berbuat salah, sering pula berbuat dosa. Ia sering
salah karena belum paham, tidak punya ilmu, atau lupa. Namun bila kamu
bicarakan kesalahan dan kejelekannya pada orang lain berarti kamu menghibahnya.
Hati-hati saja, kerena perbuatan ini bisa mengikis pahala yang kamu kumpulkan.
Tapi kesalahan dan kekurangannya sering membuat hati jadi mengganjal.
Begitulah dalam
pertemanan, selalu saja ada hal-hal yang tidak mencocokanmu. Yaa sebenarnya
wajar. Karena manusia memang berbeda antara satu dengan yang lain. Dan kamu pun
sudah menyadarinya sejak awal berteman. Bahkan dua orang kembar identik
sekalipun tetap saja memiliki hal yang berbeda dalam karakter, sifat, dan
kebiasaan. Jika tidak perlu mendramatisir keadaan bila ada hal-hal yang tidak cocok
dengan kawanmu. Apalagi hal yang tidak membuatmu cocok dengan kawanmu itu hanya
masalah yang kecil yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Bila satu
atau dua kesalahan saja yang dimiliki oleh temanmu membuatmu kabur dan
memutuskan pertemanan maka pasti kamu akan hidup sendiri dimuka bumi tanpa
teman. Karena setiap orang yang kamu temui di bumi ini pasti mempunyai
kesalahan dan kekurangan. Jadi, satu poin penting bagi bekalmu untuk bergaul
dengan orang lain adalah pahami bahwa mereka adalah manusia biasa.
Temanmu
bukan manusia yang sempurna, oleh karena itu kamu tak perlu kecewa terlakau
berat saat mereka tak seperti yang kamu inginkan dalam beberapa hal. Dengan
bekal berharga ini niscaya kamu alan lebih bersabar dengan gesekan, ketidak
cocokan dan kesalahan yang dilakukan oleh temanmu.
*Diam bukan emas
Temanmu yang manusia
itu tak bisa lepas dari salah dan lupa. Sadar bahwa ia manusia biasa bukan
berarti kamu melegalkan kesalahan yang dia lakukan. Salah yaa salah. Kesalahan
tak semestinya dibiarkan apalagi didukung. Bila kamu selalu diam dengan
kesalahan yang ia lakukan atau bahkan dengan santai mengatakan “ora popo”, maka
sebenernya kamu sedang berkhianat kepadanya. Ibaratnya kamu sedang melihatnya
berjalan hendak turun ke jurang namun tidak kamu peringatkan. Atau seperti
melihat ia mau nasuk kedalam api tanpa kamu cegah. Begitu pula bila temanmu
belum tergerak untuk melakukan perbuatan baik dan ketaatan maka jangan segan
untuk mengajak dan menasehatinya. Kebahagiannya karena mendapatkan kebaikan
mestinya merupakan kebahagianmu juga. Bukankah demikian...??? kalau hal ini
belum ada pada dirimu, mungkin imanmu belum sempurna . bukankah Rosulullooh
Shallalloohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“seseorang diantara kalian belum dianggap beriman hingga menyintai
sesuatu untuk saudaranya seperti dia mencintai untuk dirinya sendiri.”
(HR. Bukhori-Muslim)
Namun memang tidak
ditangkip kalau menggerutu tentang kesalahan teman lebih mudah dilakukan
dibandingkan mengingatkannya saat salah. “Orang kok kerasnya kaya gitu, seperti
batu karang saja...!!!” “egoisnya minta ampun” “dasar kampungan...!!!” semua
komentar tadi jauh lebih mudah dilakukan dibandingkan mengingatkan kesalahan
yang diperbuatnya, atau mengajaknya melakukan aktivitas kebaikan. Menggerutu
sendiri pun kadang dianggap kurang asyik, sehingga orang lain pun dicari untuk
melengkapi keasyikan bertabur dosa tersebut. Jadilah menggerutu bersama tadi
majelis ghibah, bersama-sama memakan bangkai saudara muslim.
Diam untuk tidak
menggerutu secara sendiri maupun bersama dalam hal itu saja bernilai emas.
Namun diam terhadap kesalahan apalagi dosa yang dilakukan oleh teman bukanlah
tindakan yang baik, bukan juga bernilai emas.
*Cara yang cantik
Kamu tidak rela bila
temanmu terus menerus berbuat salah...??? sudah sewajarnya. Mengingatkan dia
untuk kembali pada jalan yang benar juga sudah semestinya dilakukan. Namun
mengingatkan orang yang bersalah tidak bisa dilakukan sembarangan apalagi
asal-asalan. Karena target utama yang kamu inginkan agar dia ingat kembali atau
menumbuhkan takutnya kepada Allooh Ta’ala. Temanmu selanjutnya memperbaiki
diri, meskipun pelan dan bertahap. Sehingga cara-cara yang baik, nasihat yang
tulus, dan bersahabat itulah yang sebenarnya ia butuhkan. Bukan cemoohan,
ejekan, umpatan, atau kata-kata yang kasar. Isi nasihat yang baik layaknya
diungkapkan dengan kata-kata yang baik pula, sehingga tidak kehilangan makna
dan lebih mudah diterima. Lebih-lebih nasihat yang kamu berikan kepada temanmu
itu bukanlah dilandasi karena kecintaanmu kepadanya? Nasihat yang dilandasi
ketulusan dan dilakukan dengan cara yang baik, akan lebih mudah sampai ke hati.
-Majalah Elfata edisi. 07 vol. 14-
》Ikov_Bia《
0 komentar