Muslimah Corner

Temanmu Bukan Malaikat

Rabu, Mei 18, 2016






Menginginkan punya teman yang sempurna tanpa cacat ibaratnya seperti pungguk merindukan bulan, impossible kata orang Jawa yang lagi bicara Bahasa Inggris...
 
Karena siapa saja yang menjadi temanmu selamanya tetap berjenis manusia. Ia bukan malaikat yang taat pada Allooh setiap saat. Hanya malaikat saja yang laa ya’sunna ma amarallooh wa yaf’aluna ma yu’marun. Tidak pernah membangkang dari perintah Allooh Ta’ala dan selalu taat menjalankan apa yang diperintahkan padanya. Temanmu juga bukan seorang Nabi yang mempunyai sifat ma’shum terjaga dari kesalahan, ketika salah langsung ditegur oleh Allooh. Sehingga bisa langgsung memperbaiki diri.


Yach, temanmu cuma manusia biasa yang kadang berbuat salah, sering pula berbuat dosa. Ia sering salah karena belum paham, tidak punya ilmu, atau lupa. Namun bila kamu bicarakan kesalahan dan kejelekannya pada orang lain berarti kamu menghibahnya. Hati-hati saja, kerena perbuatan ini bisa mengikis pahala yang kamu kumpulkan. Tapi kesalahan dan kekurangannya sering membuat hati jadi mengganjal.

Begitulah dalam pertemanan, selalu saja ada hal-hal yang tidak mencocokanmu. Yaa sebenarnya wajar. Karena manusia memang berbeda antara satu dengan yang lain. Dan kamu pun sudah menyadarinya sejak awal berteman. Bahkan dua orang kembar identik sekalipun tetap saja memiliki hal yang berbeda dalam karakter, sifat, dan kebiasaan. Jika tidak perlu mendramatisir keadaan bila ada hal-hal yang tidak cocok dengan kawanmu. Apalagi hal yang tidak membuatmu cocok dengan kawanmu itu hanya masalah yang kecil yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Bila satu atau dua kesalahan saja yang dimiliki oleh temanmu membuatmu kabur dan memutuskan pertemanan maka pasti kamu akan hidup sendiri dimuka bumi tanpa teman. Karena setiap orang yang kamu temui di bumi ini pasti mempunyai kesalahan dan kekurangan. Jadi, satu poin penting bagi bekalmu untuk bergaul dengan orang lain adalah pahami bahwa mereka adalah manusia biasa. 

Temanmu bukan manusia yang sempurna, oleh karena itu kamu tak perlu kecewa terlakau berat saat mereka tak seperti yang kamu inginkan dalam beberapa hal. Dengan bekal berharga ini niscaya kamu alan lebih bersabar dengan gesekan, ketidak cocokan dan kesalahan yang dilakukan oleh temanmu.

*Diam bukan emas

Temanmu yang manusia itu tak bisa lepas dari salah dan lupa. Sadar bahwa ia manusia biasa bukan berarti kamu melegalkan kesalahan yang dia lakukan. Salah yaa salah. Kesalahan tak semestinya dibiarkan apalagi didukung. Bila kamu selalu diam dengan kesalahan yang ia lakukan atau bahkan dengan santai mengatakan “ora popo”, maka sebenernya kamu sedang berkhianat kepadanya. Ibaratnya kamu sedang melihatnya berjalan hendak turun ke jurang namun tidak kamu peringatkan. Atau seperti melihat ia mau nasuk kedalam api tanpa kamu cegah. Begitu pula bila temanmu belum tergerak untuk melakukan perbuatan baik dan ketaatan maka jangan segan untuk mengajak dan menasehatinya. Kebahagiannya karena mendapatkan kebaikan mestinya merupakan kebahagianmu juga. Bukankah demikian...??? kalau hal ini belum ada pada dirimu, mungkin imanmu belum sempurna . bukankah Rosulullooh Shallalloohu ‘alaihi wasallam bersabda,

“seseorang diantara kalian belum dianggap beriman hingga menyintai sesuatu untuk saudaranya seperti dia mencintai untuk dirinya sendiri.”
(HR. Bukhori-Muslim)

Namun memang tidak ditangkip kalau menggerutu tentang kesalahan teman lebih mudah dilakukan dibandingkan mengingatkannya saat salah. “Orang kok kerasnya kaya gitu, seperti batu karang saja...!!!” “egoisnya minta ampun” “dasar kampungan...!!!” semua komentar tadi jauh lebih mudah dilakukan dibandingkan mengingatkan kesalahan yang diperbuatnya, atau mengajaknya melakukan aktivitas kebaikan. Menggerutu sendiri pun kadang dianggap kurang asyik, sehingga orang lain pun dicari untuk melengkapi keasyikan bertabur dosa tersebut. Jadilah menggerutu bersama tadi majelis ghibah, bersama-sama memakan bangkai saudara muslim.

Diam untuk tidak menggerutu secara sendiri maupun bersama dalam hal itu saja bernilai emas. Namun diam terhadap kesalahan apalagi dosa yang dilakukan oleh teman bukanlah tindakan yang baik, bukan juga bernilai emas.

*Cara yang cantik

Kamu tidak rela bila temanmu terus menerus berbuat salah...??? sudah sewajarnya. Mengingatkan dia untuk kembali pada jalan yang benar juga sudah semestinya dilakukan. Namun mengingatkan orang yang bersalah tidak bisa dilakukan sembarangan apalagi asal-asalan. Karena target utama yang kamu inginkan agar dia ingat kembali atau menumbuhkan takutnya kepada Allooh Ta’ala. Temanmu selanjutnya memperbaiki diri, meskipun pelan dan bertahap. Sehingga cara-cara yang baik, nasihat yang tulus, dan bersahabat itulah yang sebenarnya ia butuhkan. Bukan cemoohan, ejekan, umpatan, atau kata-kata yang kasar. Isi nasihat yang baik layaknya diungkapkan dengan kata-kata yang baik pula, sehingga tidak kehilangan makna dan lebih mudah diterima. Lebih-lebih nasihat yang kamu berikan kepada temanmu itu bukanlah dilandasi karena kecintaanmu kepadanya? Nasihat yang dilandasi ketulusan dan dilakukan dengan cara yang baik, akan lebih mudah sampai ke hati.

-Majalah Elfata edisi. 07 vol. 14-


Ikov_Bia

You Might Also Like

0 komentar