Bulan
Ramadhan yang penuh berkah adalah ladang pahala bagi setiap insan. Tidak
ketinggalan wanita muslimah, ibadah apa yang mestinya dikerjakan oleh wanita
muslimah di bulan ini? Simak ulasan berikut ini.
PUASA
Para
ulama sepakat bahwa yang wajib berpuasa Ramadhan adalah seorang muslim yang
berakal, baligh, sehat, dan menetap. Adapun wanita, disyaratkan dalam kondisi
suci dari haidh dan nifas.
Tidak ada
perselisihan dikalangan ulama bahwa hukum puasa Ramadhan adalah wajib.
Kewajiban ini berdasarkan dalil-dalil berikut :
Dalil
al-Qur’an ‘artinya’ :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”
(QS : Al-Baqarah [02] : 183)
Dalil Hadits :
Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda :
الْإِسْلَامُ
عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ
رَمَضَانَ
“Islam itu dibangun di atas
lima perkara : syahadat bahwa tidak ada ada sesembahan yang berhak disembah
selain Allâh dan bahwasanya Muhammad adalah hamba utusan-Nya, menegakan sholat,
mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan, dan menunaikan haji.”
(HR. Bukhari)
Dalil
Ijma’
Para
ulama telah bersepakat wajibnya puasa Ramadhan. Barangsiapa yang mengingkari
kewajibannya atau meragukannya maka dia kafir, berarti dia mendustakan Allâh
dan Rasul-Nya. Dalam masalah ini tidak ada udzur, kecuali orang yang jahil baru
masuk Islam sehingga belum tahu kewajibannya, maka dia perlu diajari.
Adapun
orang yang tidak berpuasa tetapi mengakui kewajibannya maka dia berdosa besar
namun tidak kafir.
MEMBACA
AL-QUR’AN
Rasulullah
Shallallâhu ‘alaihi wasallam telah menjanjikan pahala yang besar bagi
yang membaca al-Qur’an, beliau bersabda :
مِنْ
كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا
أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa yang membaca satu huruf al-Qur’an maka baginya satu
kebaikan, dan satu kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku
tidak mengatakan bahwa Aliif Laam Miim satu huruf, akan tetapi Aliif satu
huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi)
Imam Ibnu
Shalah rahimahumullâh mengatakan : “membaca al-Qur’an adalah
kemuliaan, kemuliaan yang Allâh berikan kepada manusia. Sungguh para malaikat
tidak diberikan hal itu, dan mereka sangat semangat untuk mendengarkan dari
manusia.”
Maka
tanamkan dalam dirimu terget bisa mengisi hari-hari Ramadhan dengan membaca
al-Qur’an, bisa khatam membacanya dengan tadabbur dan memahami kandungan makna
al-Qur’an. Semangatlah, semuanya akan berjalan mudah in syaa Allâh.
SHOLAT
TARAWIH
Sholat tarawih
termasuk syiar Islam yang paling nampak pada bulan Ramadhan. Karena sholat ini
mempunyai keistimewaan tersendiri bila dibandingkan pada bulan lainnya.
Rasulullah
Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang mengerjakan sholat malam di bulan Ramadhan karena
iman dan mengharap pahala Allâh, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
(HR. Bukhari)
Lantas
bagiaman dengan wanita? Apakah lebih afdhol shlat di rumahnya, ataukah sholat
Taraweh di masjid? Ketahuilah, Islam telah mengizinkan bagi para wanita
muslimah untuk pergi ke masjid dan sholat berjama’ah bersama manusia. Akan
tetapi, Islam menganjurkan pula agar para wanita sholat di dalam rumahnya, bahkan
sholatnya wanita di dalam rumah lebih afdhol dan lebih terjaga dari fitnah.
Dari
Abdullah Ibn Umar radhiyallâhu
‘anhu
bahwasanya Rasulullah Shallallâhu
‘alaihi wasallam bersabda :
لَا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمْ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ
خَيْرٌ لَهُنَّ
“Janganlah kalian melarang istri-istri untuk (sholat berjama’ah) di
masjid, akan tetapi rumah mereka lebih baik bagi mereka.”
(HR. Abu Daud)
Maka
semangatlah wahai wanita muslimah dengan sholat tarawih, afdholnya engkau
kerjakan di rumah, itu lebih baik, walaupun boleh juga engkau pergi ke masjid
ikut sholat tarawih berjama’ah dengan memperhatikan adab-adabnya.
MENDIDIK
ANAK
Anak
adalah amanah Allâh Ta’ala. Maka sudah semestinya setiap orang tua
memperhatikan pendidikan anaknya. Baik buruknya tingkah laku seorang anak
adalah hasil didikan orang tua. Karena jiwa seorang anak masih bersih, siap
menerima dan menyerap segala sesuatu yang dilihat dan diajarkan. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِلَّا
يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ
“Tidak adan seorang anakpun kecuali dia dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nashrani, atau
Majusi.”
(HR. Bukhari)
Kewajiban
orang tua terhadap anak bukan hanya memberi kecukupan makan, minum, ataupun
pakaian. Namun ada yang lebih penting yaitu menyelamatkan mereka dari siksa neraka.
Allâh Ta’ala berfirman ‘yang artinya’ :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
(QS : at-Tahrîm [66] : 06)
Hubungan
dengan puasa, dianjurkan kepada orang tua untuk melatih anak-anak mereka agar
berpuasa, supaya kelak mereka terbiasa dengan puasa apabila telah baligh. Hal
ini sebagaimana dipraktikan oleh para shahabat kepada anak-anak mereka. Namun
hal itu apabila tidak memberatkan mereka atau membahayakan mereka.
Maka
biasakan seorang anak untuk mengenal kewajiban dirinya terhadap Allâh, dalam
hal ini diantaranya puasa Ramadhan. Tidak mengapa kita siapakan hadiah yang
menarik bagi anak yang mampu puasa sehari penuh, sebagai penyemangat untuk
mereka. Allâhu ‘A’lam.
MEMPERBANYAK
DO’A
Hendaknya,
setiap hamba tidak bisa lepas dari do’a, terlebih lagi di bulan yang penuh
berkah ini. Allâh Ta’ala memberikan janji akan mengabulkan do’a di bulan
Ramdhan. Perhatikan baik-baik ayat tentang puasa, setelah Allâh menyebutkan
kewajiban puasa, Allâh menyebutkan setelahnya ‘artinya’
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.”
(QS : al-Baqarah [02] : 186)
Ayat ini
merupakan dalil yang sangat jelas tentang keutamaan berdo’a di bulan Ramadhan.
Rasulullah Shallallâhu
‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya Allâh
mempunyai orang-orang yang akan dibebaskan (dari neraka) setiap hari dan malam.
Setiap hamba mempunyai dari mereka mempunyai do’a yang mustajab.”m
(Ahmad 12/420)
Al-Hafizh
Ibnu Hajar rahimahumullâh berkata : “Yaitu pada bulan Ramadhan”.
Ini merupakan keutamaan yang bersar bagi bulan Ramadhan dan orang yang
berpuasa, menunjukkan keutamaan do’a dan orang yang berdo’a.
MENYIAPAKAN
HIDANGAN SAHUR DAN BERBUKA
Suatu
perbuatan yang bisa bernilai ibadah jika diniatkan untuk ibadah. Menyiapkan
santapan sahur, hidangan berbuka puasa adalah lagang pahala bagi wanita
muslimah.
Syaikh
Ibnu Utsaimin rahimahumullâh mengatakan : “demikian pula seorang
istri dia adalah pemimpin rumah bagi suaminya, dan dia akan ditanya akan
kepemimpinannya. Maka wajib seorang istri untuk memberikan nasihat di dalam
rumah, memasak, membuatkan kopi, teh, membersihkan tempat tidur, dan tidak
membuat masakan melebihi kebutuhan, juga tidak membuat teh yang berlebihan.
Wajib baginya untuk menjadi istri yang hemat, karena hemat adalah setengahnya
penghasilan, tidak berlebihan terhadap perkara yang seharusnya. Seorang istri
juga bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, berupa kebaikan mereka dan
perkara yang menunjang keadaan dan kebutuhannya, seperti memakaikan baju,
melepaskan baju yang sudah kotor, menganti sprei yang mereka tiduri, menyiapkan
selimut ketika musim dingin, dan selain dari itu, semuanya adalah tangung
jawabnya. Bertanggung jawab terhadap masakan yang dimasak dari sisi enak dan
matangnya, demikianlah dia bertangung jawab terhadap semua urusan rumah.”
MENJAGA
LISAN
Puasa
tidak hanya menahan makan dan minum semata. Rasulullâh Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ
لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ
يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkara dusta dan amalannya
serta kebodohan, maka Allâh tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.”
(HR. Bukhari)
Al-Hafizh
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahumullâh berkata “Orang yang
berpuasa yang sebenarnya adalah orang yang menahan anggota badannya dari segala
dosa, lisannya dari dusta, perutnya dari makan minum, dan fajinya dari jima’.
Bila berbicara, dia tidak mengeluarkan perkataan yang menodai puasanya. Jika
berbuat, dia tidak melakukan hal yang dapat merusak puasanya. Sehingga
ucapannya yang keluar adalah yang bermanfaat. Demikian pula amal perbuatannya,
ibarat wewangian yang dicium baunya oleh kawan duduknya. Seperti itu juga orang
yang berpuasa, kawan duduknya mengambil manfaat dan merasa aman dari kedustaan,
kemaksiatan, dan kezhaliman. Inilah hakikat puasa yang sebenarnya, bukan hanya
sekedar menahan diri dari makanan dan minuman.”
Manfaatkanlah
kesempatan emas ini wahai saudariku, pahala besar telah menantimu...pahala
ibadah bulan Ramadhan yang hanya sekali dalam setahun !!!
Inilah
sebagian ibadah wanita di bulan Ramadhan. Semoga kita menjadi hamba yang
bertaqwa dan tetap istiqamah setelah
bulan puasa Ramadhan berlalu. Aamiin. Allâhu a’lam.
((Merepost
dari Majalah Al Furqon edisi 149)
》Ikov_Bia《
0 komentar