Journey of Love

Trip To Surabaya Part I

Rabu, Oktober 26, 2016




Hallooo...!!! 

Disini aku mau berbagi cerita perjalanan Surabaya gays. Jadi perjalanan ini aku lakukan pada tanggal 25 Oktober 16. Perjalanan ini aku lakukan dari Yogyakarta, kenapa selalu Yogyakarta...??? karena, disamping Yogyakarta itu tempatnya yang istimewa, orang Yogyakarta juga jauh sangat istimewa buat aku. Ciye siapa sih dia Bia yang istimewa buat kamu...??? siapa yaa...kasih tahu ndak yaa...ehm, coba dech tebak siapa dia...hhe

Sudah kita tinggalkan membahas tentang orang Yogyakarta yang istimewa buat aku itu. Sekarang kembali ke cerita awal. Seperti biasa, sebelum melakukan perjalanan aku selalu menyiapakan barang-barang dan makanan yang akan aku bawa dalam perjalanan tersebut. Karena, aku itu tipe orang yang suka ngemil di malam hari, makanya aku gemuk.

Barang bawaan saat ke Surabaya

Makanan ringan, untuk makan di bis

Sebelum aku ke Surabaya, aku ke Yogyakarta dulu gays. Aku ke Yogyakarta berangkat pukul 15.10 dari Solo, disitu aku naik bus PO. Sumber a.k.a Sumber Selamat/Sugeng Rahayu. Dalam perjalanan itu, ternyata ada salah satu crew bus PO. Sumber yang keluarganya ikut juga ke Yogyakarta. Awalnya sih aku kira cuma penumpang biasa kaya aku gini, ternyata setelah berjalannya waktu terbukalah tabir siapa penumpang tersebut. Ternyata mereka itu, Istri dan anak dari sopir bus. Istrinya masih muda, anaknya juga masih kecil. Aku perkirakan anaknya umur 4 tahunan.

“Bapak, itu ada bus bagus.” Sambil menunjuk bus warna pale green, yang berlawanan arah.

Bapaknya hanya tersenyum menanggapi anaknya, yang asyik melihat bus warna pale green itu lewat.

“Yogya, Yogya.” Teriak kernet bus, menawarkan kota tujuan dari bus itu kepada penumpang di sekitar taman terminal Tertonadi.

“Yogya, bapak ini sudah sampai Yogya ya?” tanya anak tersebut kepada bapaknya, sambil duduk disamping tempat sopir.

“Belum sayang, ini baru sampai Solo, masih lama sampai Yogyanya.” Jawab bapak tersebut sambil mencium mesra pipi anaknya. So sweeetttt.

So sweettttt bangetts
Tiba di Yogyakarta, sekitar pukul 17.45. Setelah turun dari bus, aku langsung meluncur ke counter hp. Mau beli hp? Ndak, tapi mau beli pulsa gays. Setelah lama menunggu masuknya transaksi pulsa, akhirnya pulsa tersebut masuk juga. Setelah selesai, aku segera meninggalkan counter dan berjalan bergerak menuju mushola untuk sholat Maghrib. Setelah selesai sholat, aku menuju arah pemberangkatan bus Surabaya. Ternyata oh ternyata, pas aku tiba di pemberangkatan bus Surabaya, aku dikagetkan dengan orang-orang yang ada disana. Ada apa ada apa. Ndak ada apa-apa gays, cuma ternyata crew bus yang aku naiki dengan nopol W 7022 UZ  itu berada didepan bus yang sedang parkir. Kaget banget aku. 

Suasana terminal Giwangan, Yogyakarta
 
Ini bus Mila jurusan Banyuwangi yang parkir di area bus pemberangkatan Surabaya

Setelah kekagetanku berkurang, aku akhirnya naik bus Sugeng Rahayu dengan nopol W 7007 UZ, persis dibelakang jadwal pemberangkatan bus yang aku naiki waktu ke Yogyakarta. Disitu aku duduk pas dibelakang sopir.

Bis yang aku naiki ke Surabaya
“Karcis, karcis, karcis baru.” Teriak kondektur bus, yang sedang menariki karcis kepada penumpang.

“Surabaya, berapa pak?” tanyaku dengan sedikit ragu, karena aku lupa berapa biaya tarif dari Yogyakarta ke Surabaya apa Rp. 56.000,- atau Rp. 57.000,- .

“57, mbak.” Jawab bapak kondektur tersebut sambil mengambil uang yang aku sodorkan kepadanya.

“Ini mbak”. Bapak tersebut mengembalikan uang Rp. 7.000,- ke aku, sambil berkata, “ndak usah.”

Aku yang menerimanya kaget gays, ya udah uang tersebut aku ambil dan bilang terima kasih kepada beliau.

Karcis bus SR Yogyakarta-Surabaya

Sekitar pukul, 20.00 WIB bus sudah sampai diterminal Tertonadi, Solo. Untuk mencari penumpang dan istirahat buat para crew bus sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Disaat menunggu jam parkir, banyak para penjual asongan berlalu lalang menawarkan dagangan mereka. Mulai dari arem-arem, minuman  dingin, kacang, de el el. Setelah jam parkir buat bus yang aku naiki pun tiba. Seperti biasa para pekerja crew bus pun, menawarkan jurusan bus kepada para calon penumpang.

Bisnya antri di terminal Tertonadi, Solo

“Arep mendun ngendi awakmu? (kamu, mau turun dimana? — Bhs. Indonesia)”. Tanya mas-mas yang duduk disampingku dan memecah lamunanku.

“Turun Surabaya”. Singkat jawabku, sambil berusaha menyelidik penampilannya.

“Pada aku ya arep nek Surabaya (sama aku juga mau ke Surabaya— Bhs. Indonesia)”. Jawabnya yang berusaha akrab dengan ku.

Hening. 

Aku tak membalas jawabannya. Karena aku sudah ndak sreg dengan penampilannya yang ndak rapi.

“Asli surabaya?”. Tanyanya lagi kepadaku.

“Mboten, asli orang Yogya (ndak, asli orang Yogya — Bhs. Indonesia)”. Aku jawab sekenannya tentang aku asli orang mana.

“Asli orang Yogya, la nek surabaya ne ngendi? (asli orang Yogya, la ke Surabayanya mana? — Bhs. Indonesia)”. Dia bertanya lagi kepadaku.

“Ke malang, tempatnya saudara”. Jawabku singkat.

“Aku arep nek Surabaya, aku asli wong Blitar. (aku mau ke Surabaya, aku asli orang Blitar — Bhs. Indonesia)”. Katanya, sambil mengenalkan asli orang mana.

Distitu tak ada sedikutpun respont dari aku, karena aku itu kurang begitu suka sama seseorang yang sok akrab dengan ku.

Selama perjalanan dari Solo ke Surabaya, tak sedikitpun kami ngobrol. Aku sedang disibukkan dengan sms-an dengan mas Rois, kakak kelasku sewaktu SMA. Lumayan, sms sama mas Rois bisa mengurangi kebosananku dan ketidak nyamananku dengan mas-mas yang ada disampingku tersebut. 

Setelah capek sms dengan mas Rois, aku pun tertidur. Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku dan melihat jam ditangan sudah jam 01.30 dini hari. Belum lengkap nyawaku terkumpul, aku dikagetkan dengan tepukan tangan bapak kondektur di bahuku.
 
“Turun surabaya?”. Tanyanya dengan nada lirih, karena takut mengganggu penumpang yang sedang istirahat.

“Iya pak, ada apa?”. Tanyaku dengan nada sedikit bingung.

“Uang Rp. 7.000,- tadi mana?”. Tanyanya menanyakan uang, yang beliau kembalikan kepadaku saat bayar.

“o0o, iya ini pak uangnya”. Jawabku sambil menyodorkan uang tersebut kepada beliau. 

Beliau pun berlalu tanpa sepatah katapun. Disitu menimbulkan beberapa pertanyaanku?

Sekitar pukul 02.30 bus sudah samapi di tujuan terakhir ya itu terminal Purabaya, Surabaya. Setelah turun dari bus, aku langsung menuju toilet. Disitu aku membersihkan badan dan mengganti pakaian. Setelah keluar dari toilet aku segera duduk di mushola, sambil menunggu adzan Shubuh. Sekirtar pukul 03.45 adzan sholat Shubuhpun berkumandang, yang dikumandangkan oleh salah satu seorang pegawai di terminal tersebut. 

Area sholat di terminal Purabaya, Surabaya
 
Nunggu Sholat Shubuh, maaf fotonya gelap tanpa flash gays

Selanjutnya, dilanjutkan sholat Shubuh yang dipimpin oleh seorang imam sholat. Tiba di raka’at ke-2 disitu aku dikagetkan dengan yang namanya bacaan Qunut. Disitu aku sedikit agak kagok dengan  Qunut tersebut, karena setiap aku sholat Shubuh tak pernah menggunakan Qunut. Karena, sejak kecil keluarga dan lingkungan sekitar rumah tidak pernah mengajarinya. 

Beliau Imam sholat
Ada beberapa golongan umat Islam ketika sholat Shubuh menggunakan Qunut, dan ada pula yang tidak menggunakan Qunut. Penggunaan Qubut dalam sholat Shubuh menurut aku bukan hal yang asing dalam perbedaan umat Islam tersebut. Ada beberapa golongan yang mengatakan Qunut itu bid’ah, tidak ada tuntunan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Terlepas dari itu bid’ah atau bukan, kita kembalikan kepada keyakinan masing-masing. Kita tak perlu memaksakan seseorang untuk melarang atau menggunakan Qunut ketika sholat Shubuh. Jikalau kita tidak menggunakan Qunut ya sudah, kita berusaha menghargai perbedaan tersebut.

Setelah selesai sholat, aku segera kembali ke ruang tunggu untuk menunggu jam pulang ke Solo. Sekitar jam 05.15 aku pun beranjak dari ruang tunggu dan menuju bus Sugeng Rahayu nopol W 7083 UZ dengan jurusan Surabaya —Semarang. Selama dalam perjalanan pulang, aku berfikir. Aku tidak pernah lewat daerah ini, ternyata bus yang aku naiki tersebut tidak lewat Kota Madiun, tetapi lewat Karangjati, Ngawi.

Nopol bus SR jurusan Surabaya-Semarang

Karcis bus SR Surabaya-Semarang

Bus SR W 7083 UZ, dilengkapi wifi dengan password mendemkangen

Sungai di daerah Nganjuk, Jatim

Supir bus dan temannya sedang istirahat makan di terminal Nganjuk, Jatim

Karangjati, Ngawi

Perlintasan kereta api, Ngawi

Persawahan di Karangjati, Ngawi

Sungai di Ngawi

Pos polisi Siliwangi, Ngawi

Ini diterminal Kertoneoro, Ngawi (Search lagunya Didi Kempot Dalan Anyar)
Selama perjalanan para penumpang disuguhin hiburan lagunya group hip hop Yogyakarta NDX a.k.a Familia yang salah satu lagunya seperyti ini gays..ehm ehm cek sound “… mungkinkah dia jatuh hati, seperti apa yang kurasa. Mungkinkah dia jatuh cinta, seperti apa yang ku damba. Bilakah dia mengerti apa yang terjadi…la la laa…a…a…” stop stop stop Bia, itu lagumya Bang Yovie – Andai dia tahu, bukan lagunya NDX a.k.a Familia. Aduh kamu ini gimana sih ._.
Haha. Maaf maaf, okey gays salah satu liriknya lagu NDX a.k.a Familia yang aku tahu seperti ini “…Rasane ora karuan. Nek ati loro tenan. Cinta matiku tok nganggep dolanan. Aku mung kaya terminal giwangan, mung tok ngo sambat, mung tok ngo istirahat…” seperti itu gays, buat lebih lengkap search saja di mbah google gays.

bersambung . . .

Cerita perjalanan ini belum usai gays, masih ada lanjutannya setelah aku turun di simpang lima, Solo. Okey disitu aku mendapatkan pelajaran yang luar biasa, mau tahu ceritanya ndak gays? Tunggu kelanjutan cerita ini ya. Bye bye. See you again :)

P.s : fotonya kebanyakan blur karena diambil didalam bus, dan kaca bus tersebut kotor. 



Ikov_Bia

You Might Also Like

0 komentar