Hallooo...!!!
Disini aku mau berbagi cerita perjalanan
Surabaya gays. Jadi perjalanan ini aku lakukan pada tanggal 25 Oktober 16.
Perjalanan ini aku lakukan dari Yogyakarta, kenapa selalu Yogyakarta...???
karena, disamping Yogyakarta itu tempatnya yang istimewa, orang Yogyakarta juga
jauh sangat istimewa buat aku. Ciye siapa sih dia Bia yang istimewa buat
kamu...??? siapa yaa...kasih tahu ndak yaa...ehm, coba dech tebak siapa
dia...hhe
Sudah kita tinggalkan membahas tentang
orang Yogyakarta yang istimewa buat aku itu. Sekarang kembali ke cerita awal. Seperti
biasa, sebelum melakukan perjalanan aku selalu menyiapakan barang-barang dan
makanan yang akan aku bawa dalam perjalanan tersebut. Karena, aku itu tipe
orang yang suka ngemil di malam hari, makanya aku gemuk.
Barang bawaan saat ke Surabaya |
Makanan ringan, untuk makan di bis |
Sebelum aku ke Surabaya, aku ke
Yogyakarta dulu gays. Aku ke Yogyakarta berangkat pukul 15.10 dari Solo, disitu
aku naik bus PO. Sumber a.k.a Sumber Selamat/Sugeng Rahayu. Dalam perjalanan
itu, ternyata ada salah satu crew bus PO. Sumber yang keluarganya ikut juga ke
Yogyakarta. Awalnya sih aku kira cuma penumpang biasa kaya aku gini, ternyata
setelah berjalannya waktu terbukalah tabir siapa penumpang tersebut. Ternyata
mereka itu, Istri dan anak dari sopir bus. Istrinya masih muda, anaknya juga masih
kecil. Aku perkirakan anaknya umur 4 tahunan.
“Bapak, itu ada bus
bagus.” Sambil menunjuk bus warna pale green, yang berlawanan arah.
Bapaknya hanya tersenyum menanggapi
anaknya, yang asyik melihat bus warna pale green itu lewat.
“Yogya, Yogya.”
Teriak kernet bus, menawarkan kota tujuan dari bus itu kepada penumpang di
sekitar taman terminal Tertonadi.
“Yogya, bapak ini
sudah sampai Yogya ya?” tanya anak tersebut kepada bapaknya, sambil duduk
disamping tempat sopir.
“Belum sayang, ini
baru sampai Solo, masih lama sampai Yogyanya.” Jawab bapak tersebut sambil
mencium mesra pipi anaknya. So sweeetttt.
So sweettttt bangetts |
Suasana terminal Giwangan, Yogyakarta |
Ini bus Mila jurusan Banyuwangi yang parkir di area bus pemberangkatan Surabaya |
Setelah kekagetanku berkurang, aku
akhirnya naik bus Sugeng Rahayu dengan nopol W 7007 UZ, persis dibelakang
jadwal pemberangkatan bus yang aku naiki waktu ke Yogyakarta. Disitu aku duduk
pas dibelakang sopir.
Bis yang aku naiki ke Surabaya |
“Karcis, karcis,
karcis baru.” Teriak kondektur bus, yang sedang menariki karcis kepada
penumpang.
“Surabaya, berapa
pak?” tanyaku dengan sedikit ragu, karena aku lupa berapa biaya tarif dari
Yogyakarta ke Surabaya apa Rp. 56.000,- atau Rp. 57.000,- .
“57, mbak.” Jawab
bapak kondektur tersebut sambil mengambil uang yang aku sodorkan kepadanya.
“Ini mbak”. Bapak
tersebut mengembalikan uang Rp. 7.000,- ke aku, sambil berkata, “ndak usah.”
Aku yang menerimanya kaget gays, ya udah
uang tersebut aku ambil dan bilang terima kasih kepada beliau.
Sekitar pukul, 20.00 WIB bus sudah sampai
diterminal Tertonadi, Solo. Untuk mencari penumpang dan istirahat buat para
crew bus sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Disaat menunggu jam
parkir, banyak para penjual asongan berlalu lalang menawarkan dagangan mereka.
Mulai dari arem-arem, minuman dingin,
kacang, de el el. Setelah jam parkir buat bus yang aku naiki pun tiba. Seperti
biasa para pekerja crew bus pun, menawarkan jurusan bus kepada para calon
penumpang.
Bisnya antri di terminal Tertonadi, Solo |
“Arep mendun ngendi
awakmu? (kamu, mau turun dimana? — Bhs. Indonesia)”. Tanya mas-mas yang duduk disampingku
dan memecah lamunanku.
“Turun Surabaya”.
Singkat jawabku, sambil berusaha menyelidik penampilannya.
“Pada aku ya arep
nek Surabaya (sama aku juga mau ke Surabaya— Bhs. Indonesia)”. Jawabnya yang berusaha akrab dengan ku.
Hening.
Aku tak membalas jawabannya. Karena aku
sudah ndak sreg dengan penampilannya yang ndak rapi.
“Asli surabaya?”.
Tanyanya lagi kepadaku.
“Mboten, asli orang
Yogya (ndak, asli orang Yogya — Bhs. Indonesia)”. Aku jawab sekenannya tentang aku asli
orang mana.
“Asli orang Yogya,
la nek surabaya ne ngendi? (asli orang Yogya, la ke Surabayanya mana? — Bhs. Indonesia)”. Dia bertanya lagi kepadaku.
“Ke malang,
tempatnya saudara”. Jawabku singkat.
“Aku arep nek
Surabaya, aku asli wong Blitar. (aku mau ke Surabaya, aku asli orang Blitar — Bhs. Indonesia)”. Katanya, sambil mengenalkan asli orang mana.
Distitu tak ada sedikutpun respont dari
aku, karena aku itu kurang begitu suka sama seseorang yang sok akrab dengan ku.
Selama perjalanan dari Solo ke Surabaya,
tak sedikitpun kami ngobrol. Aku sedang disibukkan dengan sms-an dengan mas
Rois, kakak kelasku sewaktu SMA. Lumayan, sms sama mas Rois bisa mengurangi
kebosananku dan ketidak nyamananku dengan mas-mas yang ada disampingku
tersebut.
Setelah capek sms dengan mas Rois, aku
pun tertidur. Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku dan melihat jam ditangan
sudah jam 01.30 dini hari. Belum lengkap nyawaku terkumpul, aku dikagetkan
dengan tepukan tangan bapak kondektur di bahuku.
“Turun surabaya?”.
Tanyanya dengan nada lirih, karena takut mengganggu penumpang yang sedang
istirahat.
“Iya pak, ada apa?”.
Tanyaku dengan nada sedikit bingung.
“Uang Rp. 7.000,-
tadi mana?”. Tanyanya menanyakan uang, yang beliau kembalikan kepadaku saat
bayar.
“o0o, iya ini pak
uangnya”. Jawabku sambil menyodorkan uang tersebut kepada beliau.
Beliau pun
berlalu tanpa sepatah katapun. Disitu menimbulkan beberapa pertanyaanku?
Sekitar pukul 02.30 bus sudah samapi di
tujuan terakhir ya itu terminal Purabaya, Surabaya. Setelah turun dari bus, aku
langsung menuju toilet. Disitu aku membersihkan badan dan mengganti pakaian.
Setelah keluar dari toilet aku segera duduk di mushola, sambil menunggu adzan Shubuh.
Sekirtar pukul 03.45 adzan sholat Shubuhpun berkumandang, yang dikumandangkan
oleh salah satu seorang pegawai di terminal tersebut.
Area sholat di terminal Purabaya, Surabaya |
Selanjutnya, dilanjutkan sholat Shubuh
yang dipimpin oleh seorang imam sholat. Tiba di raka’at ke-2 disitu aku
dikagetkan dengan yang namanya bacaan Qunut. Disitu aku sedikit agak kagok
dengan Qunut tersebut, karena setiap aku
sholat Shubuh tak pernah menggunakan Qunut. Karena, sejak kecil keluarga dan
lingkungan sekitar rumah tidak pernah mengajarinya.
Beliau Imam sholat |
Ada beberapa golongan umat Islam ketika
sholat Shubuh menggunakan Qunut, dan ada pula yang tidak menggunakan Qunut.
Penggunaan Qubut dalam sholat Shubuh menurut aku bukan hal yang asing dalam
perbedaan umat Islam tersebut. Ada beberapa golongan yang mengatakan Qunut itu
bid’ah, tidak ada tuntunan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Terlepas dari itu bid’ah atau bukan, kita kembalikan kepada keyakinan
masing-masing. Kita tak perlu memaksakan seseorang untuk melarang atau
menggunakan Qunut ketika sholat Shubuh. Jikalau kita tidak menggunakan Qunut ya
sudah, kita berusaha menghargai perbedaan tersebut.
Setelah selesai sholat, aku segera
kembali ke ruang tunggu untuk menunggu jam pulang ke Solo. Sekitar jam 05.15
aku pun beranjak dari ruang tunggu dan menuju bus Sugeng Rahayu nopol W 7083 UZ
dengan jurusan Surabaya —Semarang. Selama dalam perjalanan pulang, aku berfikir. Aku tidak
pernah lewat daerah ini, ternyata bus yang aku naiki tersebut tidak lewat Kota
Madiun, tetapi lewat Karangjati, Ngawi.
Nopol bus SR jurusan Surabaya-Semarang |
Karcis bus SR Surabaya-Semarang |
Bus SR W 7083 UZ, dilengkapi wifi dengan password mendemkangen |
Sungai di daerah Nganjuk, Jatim |
Supir bus dan temannya sedang istirahat makan di terminal Nganjuk, Jatim |
Karangjati, Ngawi |
Perlintasan kereta api, Ngawi |
Persawahan di Karangjati, Ngawi |
Sungai di Ngawi |
Pos polisi Siliwangi, Ngawi |
Ini diterminal Kertoneoro, Ngawi (Search lagunya Didi Kempot Dalan Anyar) |
Selama perjalanan para penumpang disuguhin hiburan lagunya group hip hop
Yogyakarta NDX a.k.a Familia yang salah satu lagunya seperyti ini gays..ehm ehm
cek sound “… mungkinkah dia jatuh hati, seperti apa yang kurasa. Mungkinkah dia
jatuh cinta, seperti apa yang ku damba. Bilakah dia mengerti apa yang terjadi…la
la laa…a…a…” stop stop stop Bia, itu lagumya Bang Yovie – Andai dia tahu, bukan
lagunya NDX a.k.a Familia. Aduh kamu ini gimana sih ._.
Haha. Maaf maaf, okey gays salah satu
liriknya lagu NDX a.k.a Familia yang aku tahu seperti ini “…Rasane ora karuan. Nek ati
loro tenan. Cinta matiku tok nganggep dolanan. Aku mung kaya terminal giwangan,
mung tok ngo sambat, mung tok ngo istirahat…” seperti itu gays, buat lebih
lengkap search saja di mbah google gays.
– bersambung . . .
Cerita perjalanan ini belum usai gays, masih ada lanjutannya setelah aku
turun di simpang lima, Solo. Okey disitu aku mendapatkan pelajaran yang luar
biasa, mau tahu ceritanya ndak gays? Tunggu kelanjutan cerita ini ya. Bye bye. See you again :)
P.s : fotonya kebanyakan blur karena diambil didalam bus, dan kaca
bus tersebut kotor.
》Ikov_Bia《
0 komentar