Tazkiyatun Nufus

Memelihara Pohon Keimanan #2

Jumat, Desember 30, 2016





Sudah dimaklumi, banyak dalil dari nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah yang menjelaskan bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang. Menjelaskan pemilik iman yang bertingkat-tingkat, sebagaimana lebih sempurna imannya dari yang lainnya, dan diantara mereka yang disebut as-Saabiq bil khairaat, al-Muqtashid, dan zhaalim linafsihi. Ada juga al-Muhsin, al-Mukmin, dan al-Muslim. Semua ini menunjukkan bahwa mereka tidak berada dalam satu martabat dan iman itu bisa bertambah dan berkurang.

Diantara dalil yang menunjukkan bertambah dan berkurangnya iman adalah, firman Allaah Ta’alaa :

“(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allaah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allaah menjadi penolong kami dan Allaah adalah sebaik-baik pelindung.”
(QS. Ali Imraan : 173)
Para Ulama Ahlussunnah menjadikan ayat ini sebagai dasar bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang. Sebagaimana telah ditanyakan kepada Iman Sufyaan bin ‘Uyainah (semoga Allaah merahmati beliau), “Apakah iman itu bertambah dan berkurang? Beliau (semoga Allaah merahmati beliau) menjawab, “Tidakkah kalian mendengar firman Allaah yang artinya, “. . . maka perkataan itu menambah keimanan mereka.” (QS. Ali Imraan :173) dan firman Allaah yang artinya, “Dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. al-Kahfi : 13). Ada yang bertanya, “Bagaimana bisa berkurang?” Beliau  (semoga Allaah merahmati beliau) menjawab, “Tidak ada sesuatu yang bisa bertambah kecuali ia juga bisa berkurang.”

Setelah mengetahui bahwa iman itu bertambah dan berkurang, maka mengenal sebab-sebab bertambah dan berkurangnya iman memiliki manfaat. Diantara sebab bertambahnya iman yang disampaikan para Ulama adalah :
  •              Belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Ini sebab bertambahnya iman yang terpenting dan bermanfaat, karena ilmu menjadi sarana beribadah kepada Allaah dan mewujudkan tauhid dengan benar dan pas. Bertambahnya iman yang didapatkan dari ilmu bisa terjadi dari beberapa sisi, diantaranya :

    a.    Sisi keluarnya ahli ilmu dalam mencari ilmu
    b.    Duduknya mereka di halaqah ilmu
    c.    Mudzaakarah (diskusi) diantara mereka dalam masalah ilmu
    d.    Penambahan pengetahuan tentang Allaah dan syari’at-Nya 
    e. Tambahan pahala dari orang yang belajar dari mereka
    f.     Penerapan ilmu yang telah mereka pelajari
  • Merenungi ayat-ayat Allaah kauniyah. Merenungi dan meneliti keadaan dan keberadaan makhluk-makhluk Allaah yang beraneka ragam dan menajubkan merupakan faktor yang sangat kuat untuk beriman dan mengokohkan iman.
  • Berusaha sungguh-sungguh melaksanakan amal shalih dengan ikhlas, memperbanyak, dan melaksanakannya secara rutin. Hal ini karena, semua amalan syari’at yang dilaksanakan dengan ikhlas akan menambah iman. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (semoga Allaah merahmati beliau) pernah menuturkan “bahwa diantara sebab bertambahnya iman adalah melakukan ketaatan. Sebab iman akan bertambah sesuai dengan bagusnya pelaksanaan, jenis amalan, dan banyaknya. Semakin baik amalan, semakin besar pula bertambah iman, dan bagusnya pelaksanaan diperoleh dengan cara ikhlas dan mutaba’ah Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan jenis amalannya, maka yang wajib lebih utama dari yang sunnah dan sebagian amal ketaan lebih ditekankan dan lebih utama dari yang lainnya. Semakin utama suatu ketaatan, maka semakin besar pula penambahan imannya. Adapun banyak (kuantitas) amalan, maka akan menambah keimanan, sebab amalan termasuk bagian iman, sehingga pasti iman itu bertambah dengan bertambahnya amalan.
Adapun sebab-sebab berkurangnya iman ada yang berasal dari diri manusia sendiri (intern) dan ada yang berupa faktor luar (ekstern). Diantara faktor internal manusia sendiri yang memiliki pengaruh besar dalam melemahkan iman adalah :
  1. Kebodohan. Ini adalah sebab terbesar berkurangnya iman, sebagaimana ilmu adalah sebab terbesar bertambahnya iman. 
  2. Kelalaian, sikap berpaling dari kebenaran, dan lupa. Tiga perkara ini adalah salah satu sebab penting berkurangnya iman. 
  3. Perbuatan maksiat dan dosa. Jelas, kemaksiatan dan dosa sangat merugikan dan memiliki pengaruh jelek terhadap iman. Sebagaimana pelaksanaan perintah Allaah bisa menambah keiman, demikian juga pelanggaran atas larangan Allaah, bisa mengurangi keimanan. Namun, tentunya kemaksiatan dan dosa bertingkat-tingkat derajatnya, kerusakan, dan kerugian yang ditimbulkannya, sebagaimana disampaikan Ibnu al-Qayyim (semoga Allaah merahmati beliau) dalam ungkapan beliau, “sudah pasti kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan bertingkat-tingkat sebagaimana iman dan amal shalih pun berderajat-derajat.
  4.  Nafsu yang mengajak kepada keburukan (an-nafsu ammarat bissu’). Inilah nafsu yang ada pada manusia dan tercela. Nafsu ini mengajak kepada keburukan dan kebinasaan, sebagaimana Allaah jelaskan dalam menceritakan istri al-Aziz 

“dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang”.
(QS. Yusuf : 53)

Nafsu ini menyeret manusia kepada kemaksiatan dan kehancuran iman, sehingga wajib bagi kita berlindung kepada Allaah darinya dan berusaha ber-muhasabah Isebelum beramal dan setelahnya.

Sedangkan diantara faktor eksternal adalah :
  1. Setan, musuh abadi manusia yang merupakan satu sebab eksternal penting yang mengurangi kekokohan iman.
  2. Dunia dan fitnahnya. Menyibukkan diri dengan dunia dan perhiasannya termasuk faktor yang dapat mengurangi keimanan, sebab semakin besar semangat manusia memiliki dunia dan keridhaannya terhadap dunia, maka semakin memberatkan dirinya berbuat ketaatan dan mencari kebahagian akhirat.
  3. Teman bergaul yang jelek. Temen yang jelek dan jahat menjadi sesuatu yang sangat berbahaya bagi keimanan, akhlak dan agamanya. Karena Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita dari hal ini dalam sabda beliau :
“seorang itu berada atas agama kekasihnya, maka hendaknya salah seorang kalian melihat siapa yang menjadi kekasihnya.”
(HR. Tirmidzi)

Demikian perkara yang harus diperhatikan dalam keimanan, mudah-mudahan hal ini dapat menggerakkan kita untuk lebih mengokohkan iman dan menyempurnakannya.

Tulisan ini ditunjukan pertama kepada diri saya sendiri.

*Disarikan dari Majalah As-Sunnah edisi Shafar 1431 H


Ikov_Bia

You Might Also Like

0 komentar