Muslimah Corner

Pendidikan Anak Tanggung Jawab Orang Tua

Senin, Februari 06, 2017




Mengapa kita sering mendengar kasus kenakalan remaja? Tentu ada sebabnya.Sebab paling utama dari munculnya kasus kenakalan itu adalah karena orang tua tidak betul-betul serius mengelola pendidikan anak-anaknya.

Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullôh dalam Tuhfatu al-Maudûd membawakan perkataan sebagian ulama, bahwa Allaah Ta’ala akan terlebih dahulu meminta pertanggungjawaban orang tua terhadap pengelolaan anaknya sebelum meminta pertanggungjawaban anak dalam bersikap terhadap orang tuanya. Seperti halnya orang tua memiliki hak yang wajib dipenuhi anaknya, maka anak pun memiliki hak yang wajib di penuhi orang tuanya.

Sebagaimana Allaah berfirman tentang kewajiban anak, Allaah juga berfirman tentang kewajiban ayah. Tentang kewajiban anak, Allaah berfirman :

“Dan Kami wajibkan manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya.”
(QS. Al-‘Ankabuut : 08)

Tentang kewajiban seorang ayah, Allaah juga berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. . .”
(QS. At-Tahriim : 06)

‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu  (tentang arti ayat ini) mengatakan : “ajari dan didiklah mereka (keluarga dan anak-anak).” Dengan demikian, wasiat serta perintah Allaah kepada orang tua untuik menjaga anak-anaknya kebih didahulukan daripada wasiat serta perintah Allaah kepada anak-anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya.

Allaah berfirman :


“dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.”
(QS. Al-Isra’ : 31)

Maka barangsiapa yang mengabaikan pendidikan bagi anaknya dengan hal-hal yang bermanfaat serta membiarkannya tidak terarah, berarti ia telah benar-benar berbuat buruk terhadap anak itu.

Oleh sebab itu, pendidikan anak merupakan kewajiban atas para orang tua. Tentu hal ini paling pertama dalam masalah pendidikan anak ini adalah penanaman aqidah dan tauhid dalam diri anak. Penanaman sikap anti kemusyrikan, serta penanaman kayakinan akan pertolongan Allaah dan keyakinan bahwa tidak ada manfaat dan madharat kecuali menurut ketetapan-Nya. Allaah berfirman menceritakan wasiat Luqmaan terhadap anaknya yang menunjukkan betapa peduli beliau akan pendidikan dan keselamatan buah hatinya itu :

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allaah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allaah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(QS. Luqman : 13)

Allaah juga berfirman tentang kepedulian Ya’qub ‘Alaihis Shalaatu was Salaam terkait kelurusan aqidah putra-putranya disaat beliau hendak meninggal dunia :

“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
(QS. al-Baqarah : 133)

Syaikh ‘Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullôh menjelaskan dalam  tafsirnya, bahwa “Ya’qub ingin menguji anak-anaknya dengan pertanyaan diatas untuk memastikan kesetiaan mereka dalam beribadah hanya kepada Allaah.” Ini membuktikan betapa peduli Nabiyyullaah Ya’qub ‘Alaihis Shalaatu was Salaam akan keutuhan tauhid putra-putranya, jika beliau meninggal dunia.
Nabi kita Muhammad Shallaallaahu ‘alaihi wasallam juga sangat peduli terhadap pendidikan anak dan sangat peduli untuk menanamkan aqidah yang benar. Diantaranya apa yang diriwatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu. Ia mengatakan bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya :

رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata. "Pada suatu hari aku berada di belakang Rasulullaah, beliau bersabda,"Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kaliamat: peliharalah (hak) Allaah niscaya Allaah akan memeliharamu. Peliharalah (hak) Allaah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya berada di hadapanmu (melindungimu). Jika kamu memohon, maka mohonlah kepada Allaah. Jika meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allaah. Ketahuilah, bahwasanya jika umat ini bersatu untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikan manfaat apapun kepadamu selain apa yang telah Allaah tetapkan bagimu. Seandainya mereka bersatu untuk mendatangkan mudharat kepadamu dengan suatu mudharat maka niscaya mereka tidak akan mampu mendatangkan mudharat kepada kalian dengan sesuatupun selain apa yang telah Allaah tetapkan atas dirimu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran kertas telah mengering". (HR. Tirmidzi)

Imam Ibnu al-Qayyim (semoga Allaah merahmati beliau) menegaskan pentingnya penanaman aqidah ini sejak usia dini dengan (mulai) melatih anak-anak mengucapkan dua kalimat syahadat pada saat mereka sudah mulai bisa bicara. Beliau mengatakan : “Hendaknya para orang tua men-talqin-kan kalimat ‘Laa Ilaaha Illallaah, Muhammadur Rasuulullaah’. Hendaknya pula hal pertama yang memasuki pendengaran mereka adalah tentang pengenalan terhadap Allaah, tentang tauhid, tenatang keberadaan Allaah diatas ‘Arsy. Bahwa Allaah senantiasa melihat, mengawasi, dan mendengar perkataan mereka. Allaah juga senantiasa menyertai mereka dimanapun mereka berada.”

Demikian antara lain hal pokok yang mesti dilakukan orang tua bagi kesuksesan mada depan buah hatinya. 

Sesungguhnya, kebanyakan rusaknya anak-anak adalah karena para orang tua menelantarkan dan mengabaikan pendidikan dan pengajaran tentang kewajiban-kewajiban diinul Islaam serta sunnah-sunnahnya. Para orang tua telah membiarkan anak-anaknya buta tentang agama sejak masa kecil, hingga anak-anak itu tidak bisa mengambil manfaat aoaoun untuk dirinya, dan tidak pula bisa memberi manfaat apapun kepada orang tuanya dimasa tua.

*) Disarikan dari Ust. Ahmad Faiz Asifuddin

Ikov_Bia

-----------

Referensi :
Tuhfatu al-Mauduud bi Ahkam al-Mauluud, Imam Ibnu al-Qayyim, tahqiiq : Fawwaas Ahmad Zamarlii, Daar al-Kitaab al-‘Arabii, cet. II th, 1420 M.

Tafsiir al-Kariim ar-Rahman QS. Luqmaan : 13

Shahiih Sunan at-Tirmidzii, Syaikh al-Albaanii II/609-610, no. 2516, Kitab Shifati al-Qiyaamah, Baab 59.

You Might Also Like

0 komentar