Mengapa kita sering mendengar kasus kenakalan
remaja? Tentu ada sebabnya.Sebab paling utama dari munculnya kasus
kenakalan itu adalah karena orang tua tidak betul-betul serius mengelola
pendidikan anak-anaknya.
Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullôh dalam Tuhfatu
al-Maudûd membawakan perkataan sebagian ulama,
bahwa Allaah Ta’ala akan terlebih dahulu meminta pertanggungjawaban orang tua
terhadap pengelolaan anaknya sebelum meminta pertanggungjawaban anak dalam
bersikap terhadap orang tuanya. Seperti halnya orang tua memiliki hak yang
wajib dipenuhi anaknya, maka anak pun memiliki hak yang wajib di penuhi orang
tuanya.
Sebagaimana Allaah berfirman tentang
kewajiban anak, Allaah juga berfirman tentang kewajiban ayah. Tentang kewajiban
anak, Allaah berfirman :
“Dan Kami
wajibkan manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya.”
(QS. Al-‘Ankabuut : 08)
Tentang kewajiban seorang ayah, Allaah
juga berfirman :
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. . .”
(QS. At-Tahriim : 06)
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu (tentang arti ayat ini)
mengatakan : “ajari dan didiklah mereka (keluarga dan anak-anak).” Dengan
demikian, wasiat serta perintah Allaah kepada orang tua untuik menjaga
anak-anaknya kebih didahulukan daripada wasiat serta perintah Allaah kepada
anak-anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya.
Allaah berfirman :
“dan janganlah
kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.”
(QS. Al-Isra’ : 31)
Maka barangsiapa yang mengabaikan
pendidikan bagi anaknya dengan hal-hal yang bermanfaat serta membiarkannya
tidak terarah, berarti ia telah benar-benar berbuat buruk terhadap anak itu.
Oleh sebab itu, pendidikan anak merupakan
kewajiban atas para orang tua. Tentu hal ini paling pertama dalam masalah
pendidikan anak ini adalah penanaman aqidah dan tauhid dalam diri anak.
Penanaman sikap anti kemusyrikan, serta penanaman kayakinan akan pertolongan
Allaah dan keyakinan bahwa tidak ada manfaat dan madharat kecuali menurut
ketetapan-Nya. Allaah berfirman menceritakan wasiat Luqmaan terhadap anaknya
yang menunjukkan betapa peduli beliau akan pendidikan dan keselamatan buah
hatinya itu :
“Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allaah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allaah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(QS. Luqman : 13)
Allaah juga berfirman tentang kepedulian
Ya’qub ‘Alaihis
Shalaatu was Salaam terkait kelurusan aqidah putra-putranya disaat beliau hendak
meninggal dunia :
“Adakah kamu
hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada
anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab:
"Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan
Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya".
(QS. al-Baqarah : 133)
Syaikh ‘Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullôh menjelaskan dalam
tafsirnya, bahwa “Ya’qub ingin menguji anak-anaknya dengan pertanyaan
diatas untuk memastikan kesetiaan mereka dalam beribadah hanya kepada Allaah.”
Ini membuktikan betapa peduli Nabiyyullaah Ya’qub ‘Alaihis
Shalaatu was Salaam akan keutuhan tauhid putra-putranya,
jika beliau meninggal dunia.
Nabi kita Muhammad Shallaallaahu ‘alaihi wasallam juga sangat peduli terhadap pendidikan anak dan sangat peduli
untuk menanamkan aqidah yang benar. Diantaranya apa yang diriwatkan oleh Ibnu
Abbas radhiyallaahu ‘anhu. Ia mengatakan
bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya :
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا
فَقَالَ يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ
احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا
اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ
عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ
اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ
إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ
الصُّحُفُ
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata. "Pada suatu hari
aku berada di belakang Rasulullaah, beliau bersabda,"Wahai anak muda, aku
akan mengajarkan kepadamu beberapa kaliamat: peliharalah (hak) Allaah niscaya
Allaah akan memeliharamu. Peliharalah (hak) Allaah, niscaya kamu akan
mendapatkan-Nya berada di hadapanmu (melindungimu). Jika kamu memohon, maka
mohonlah kepada Allaah. Jika meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan
kepada Allaah. Ketahuilah, bahwasanya jika umat ini bersatu untuk memberikan
suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikan manfaat
apapun kepadamu selain apa yang telah Allaah tetapkan bagimu. Seandainya mereka
bersatu untuk mendatangkan mudharat kepadamu dengan suatu mudharat maka niscaya
mereka tidak akan mampu mendatangkan mudharat kepada kalian
dengan sesuatupun selain apa yang telah Allaah tetapkan atas dirimu. Pena-pena
telah diangkat dan lembaran kertas telah mengering". (HR. Tirmidzi)
Imam Ibnu al-Qayyim (semoga Allaah
merahmati beliau) menegaskan pentingnya penanaman aqidah ini sejak usia dini
dengan (mulai) melatih anak-anak mengucapkan dua kalimat syahadat pada saat
mereka sudah mulai bisa bicara. Beliau mengatakan : “Hendaknya para orang tua
men-talqin-kan kalimat ‘Laa
Ilaaha Illallaah, Muhammadur Rasuulullaah’.
Hendaknya pula hal pertama yang memasuki pendengaran mereka adalah tentang
pengenalan terhadap Allaah, tentang tauhid, tenatang keberadaan Allaah diatas
‘Arsy. Bahwa Allaah senantiasa melihat, mengawasi, dan mendengar perkataan
mereka. Allaah juga senantiasa menyertai mereka dimanapun mereka berada.”
Demikian antara lain hal pokok yang
mesti dilakukan orang tua bagi kesuksesan mada depan buah hatinya.
Sesungguhnya, kebanyakan rusaknya
anak-anak adalah karena para orang tua menelantarkan dan mengabaikan pendidikan
dan pengajaran tentang kewajiban-kewajiban diinul Islaam serta sunnah-sunnahnya. Para orang tua telah membiarkan
anak-anaknya buta tentang agama sejak masa kecil, hingga anak-anak itu tidak
bisa mengambil manfaat aoaoun untuk dirinya, dan tidak pula bisa memberi
manfaat apapun kepada orang tuanya dimasa tua.
*) Disarikan dari Ust. Ahmad Faiz
Asifuddin
》Ikov_Bia《
-----------
Referensi :
Tuhfatu al-Mauduud bi Ahkam al-Mauluud, Imam Ibnu al-Qayyim, tahqiiq : Fawwaas Ahmad Zamarlii, Daar
al-Kitaab al-‘Arabii, cet. II th, 1420 M.
Tafsiir al-Kariim ar-Rahman QS. Luqmaan : 13
Shahiih Sunan at-Tirmidzii, Syaikh
al-Albaanii II/609-610, no. 2516, Kitab Shifati al-Qiyaamah, Baab 59.
0 komentar