Dewasa ini, penggunaan gadget adalah suatu hal yang sangat marak dan lumrah. Ini merupakan nikmat, bila dimanfaatkan untuk kebaikan.
Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr
Bismillahirrahmanirahim
Segala puji
bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat, salam, dan berkah, semoga Allah
limpahkan kepada hamba dan rasul-Nya; Nabi kita Muhammad beserta keluarga, para
sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari
pembalasan.
Amma ba’du. Nikmat
terbesar yang Allah karuniakan kepada kaum muslimin adalah hidayah Islam dan
pembebasan dari kegelapan menuju cahaya. Hidayah Islam merupkan nikmat yang
tidak dapat dibandingkan dengan nikmat apa pun. Di antara nikmat terbesar yang
Allah karuniakan kepada seorang Muslim, setelah Islam, ialah nikmat akal dan
kesehatan. Maka, sebagai bentuk syukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas
nikmat ini ialah menggunakan nikmat tersebut dalam rangka taat kepada Allah dan
untuk hal-hal yang dapat mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Selain
itu, juga tidak menggunakan nikmat ini untuk bermaksiat kepada Allah dan untuk
hal-hal yang dapat memadaratkan di dunia dan akhirat.
Dewasa ini,
penggunaan gadget adalah suatu hal yang sangat marak dan lumrah. Ini merupakan
nikmat, bila dimanfaatkan untuk kebaikan, dan menjadi bencana, bila digunakan
untuk keburukan. Orang berakal, yang ingin menasehati diri sendiri, ialah yang
hanya menggunakan barang-barang tersebut untuk kebaikan di dunia dan akhirat,
seperti: untuk komunikasi yang mubah dan menimba ilmu yang bermanfaat.
Adapun
penggunaan gadget untuk selain tujuan di atas, yang dapat menimbulkan madharat
bagi seorang muslim di dunia dan akhirat, maka wajib dihindari. Hal ini agar ia selamat dari penyakit buta mata dan
hati. Ini mengingat bahwa cahaya yang berasal dari ponsel (dan semisalnya)
dapat menurunkan kemampuan mata, bila dibarengi dengan intensitas yang tinggi
dalam bermain gadget.
Bahkan, terkadang bisa menyebabkan kebutaan; hilangnya nikmat mata. Lebih dari itu, juga bisa menyebabkan buta hati. Hal yang bisa menyebabkan seorang muslim terkena berbagai macam penyakit syahwat yang dapat merusak akhlak dan penyakit syubhat yang dapat merusak akal. Allah ‘azza wa jalla telah menjelaskan akan bahaya buta hati melalui firman-Nya:
Bahkan, terkadang bisa menyebabkan kebutaan; hilangnya nikmat mata. Lebih dari itu, juga bisa menyebabkan buta hati. Hal yang bisa menyebabkan seorang muslim terkena berbagai macam penyakit syahwat yang dapat merusak akhlak dan penyakit syubhat yang dapat merusak akal. Allah ‘azza wa jalla telah menjelaskan akan bahaya buta hati melalui firman-Nya:
فَإِنَّهَا لَا
تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“Sebab, bukanlah mata yang menjadi buta, tetapi hati yang
ada di dalam dadalah yang menjadi buta” (Qs. Al Hajj: 46).
Maksudnya,
kebutaan yang menimpa hati adalah kebutaan hakiki yang menyebabkan kerugian di
dunia dan akhirat. Dan hal ini disebabkan karena meninggalkan jalan petunjuk
dan meniti jalan kesesatan, sebagaimana yang Allah kisahkan tentang kaum Nabi
Shaleh :
وَأَمَّا
ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى
“Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk
tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk,“ (Qs. Fushshilat: 17).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
نِعْمَتَانِ
مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang banyak membuat manusia menjadi
tertipu, yaitu: sehat dan waktu luang.” (Hr. Bukhari, no. 6412).
Hadits ini
merupakan hadits pertama dalam Kitab Raqa’iq dari Shahih
Bukhari. Maknanya, barangsiapa yang memanfaatkan kesehatan dan waktu luang
pada hal-hal yang dapat mendatangkan kebaikan maka akan beruntung. Dan
barangsiapa yang memanfaatkannya untuk hal-hal selain itu maka ia tertipu dan
rugi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
حُفَّتِ
الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai
sedangkan neraka dikelilingi oleh hal-hal yang berbau syahwat”. (Hr. Bukhari,
No. 6478 dan Muslim, No. 7130 dengan lafazhnya).
Maknanya, jalan
menuju surga itu sulit dan melelahkan; butuh perjuangan melawan setan dan hawa
nafsu yang selalu menyuruh pada keburukan. Oleh karen itu, seorang muslim harus
bersabar dalam ketaatan meskipun terasa berat sebab hasilnya pasti terpuji.
Sementara itu, jalan menuju neraka penuh dengan hal-hal berbau syahwat yang
disenangi jiwa. Ada yang haram dan ada pula yang mubah (boleh) namun berlebihan
dan melampaui batas. Karena itu, seorang muslim harus bersabar; jangan sampai
berbuat maksiat meskipun jiwa cenderung melakukannya. Sebab, akhir daripada
kemaksiatan adalah kerugian. Ketaatan memang terasa berat bagi jiwa sebab ia
pahit dan tak terlihat manisnya sedangkan kemaksiatan terasa ringan dilakukan
karena ia terasa manis dan tak terlihat rasa pahitnya.
Bila laki-laki menggunakan gadget untuk melihat wanita (yang tidak halal) dan wanita menggunakan untuk melihat laki-laki (yang tidak halal) serta perilaku keji lain, maka hal ini termasuk perilaku zina, sebagaimana sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Shahih Muslim (hadits no. 6754) yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
Bila laki-laki menggunakan gadget untuk melihat wanita (yang tidak halal) dan wanita menggunakan untuk melihat laki-laki (yang tidak halal) serta perilaku keji lain, maka hal ini termasuk perilaku zina, sebagaimana sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Shahih Muslim (hadits no. 6754) yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
كُتِبَ عَلَى
ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ،
فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ،
وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ
زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ
الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Telah
ditentukan atas anak Adam (manusia) bagian zinanya. Ia akan
mendapatkannya dan tidak bisa dihindari. Zina kedua mata adalah memandang, zina
kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah
memegang (wanita yang bukan mahram), zina kaki adalah melangkang, zina hati
adalah berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluanlah yang membenarkan atau
mendustakan semua itu.”
Fitnah yang ditimbulkan gadget
sangatlah besar dan berbahaya berhubung ia ada dalam genggaman orang dewasa
maupun anak kecil; ada di rumah mereka siang dan malam. Kepedulian para ayah
dan siapa saja yang mempunyai kekuasaan khusus terhadap keselamatan orang-orang
yang berada di bawah tanggung jawab mereka dari penyalahgunaan ponsel (untuk
tujuan buruk, pen) adalah wajib ‘ain berdasarkan firman Allah ‘azza
wa jalla:
يَآ أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا
أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (Qs. At Tahrim: 6)
Juga sabda Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam:
كُلُّكُمْ
رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban
tentang kepemimpinan kalian. Seorang imam (kepala negara) adalah pemimpin dan
ia akan ditanyai tentang kepemimpinannya. Seorang laki-laki (kepala rumah
tangga) adalah pemimpin dalam keluarganya dan ia akan ditanyai tentang
kepemimpinanya.” (Hr. Bukhari, no 893 dan Muslim, no: 4724 dari
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Mudah-mudahan Allah memberikan
taufiq kepada kaum muslimin untuk mengerjakan semua kebaikan, di mana pun
mereka berada, baik pemerintah maupun rakyatnya, laki-laki maupun perempuan,
yang besar maupun yang kecil. Juga menjaga mereka dari semua bentuk keburukan
yang tampak maupun yang tersembunyi. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha
Memperkenankan doa.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat, salam, dan berkah kepada Nabi kita Muhammad berserta keluarga dan para sahabatnya.
***
Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat, salam, dan berkah kepada Nabi kita Muhammad berserta keluarga dan para sahabatnya.
***
Madinah, 10 Shafar 1438
H
Diterjemahkan dari artikel berjudul "Ihdzaruu ‘Ama Bashaa’Irikum wa Abshaarikum Bi An Nazhar fii Al Jawwaalaat wa Syibhuhaa Ayyuhal Muslimun" karya Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr.
Penerjemah: Abu Faris Lanlan
Tuhfatul Lanfas
Editor: Ust. Ridho Abdillah,
Lc., MA.
Artikel
Muslim.or.id
0 komentar